Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa tren pemanasan global saat ini semakin mengkhawatirkan dan menempatkan Indonesia dalam posisi yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.
Ia mengungkapkan bahwa suhu rata-rata pada tahun 2024 tercatat sebesar 27,52°C dengan anomali suhu tahunan sebesar +0,81°C dibandingkan periode normal. Sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami suhu yang hampir selalu berada di atas persentil ke-95 sepanjang tahun, mencerminkan peningkatan signifikan dalam suhu udara.
Dwikorita menjelaskan bahwa dampak dari pemanasan global terlihat melalui peningkatan intensitas cuaca ekstrem, seperti banjir dan kekeringan, yang mengancam ketahanan air dan pangan. Ketimpangan pasokan air antara musim hujan dan kemarau menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
Sebagai solusi, BMKG merekomendasikan dua langkah strategis, yaitu restorasi sungai dan pemanenan air hujan. Restorasi sungai bertujuan memperbaiki ekosistem sungai dan meningkatkan kapasitas aliran air. Sementara itu, pemanenan air hujan menjadi solusi jangka panjang di wilayah rawan kekeringan untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya air permukaan.
Dwikorita menekankan pentingnya strategi pengelolaan air yang cerdas dan adaptif serta perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Ia menutup dengan mengingatkan bahwa perubahan iklim merupakan tantangan jangka panjang yang harus dihadapi secara serius dan terencana.
